Potensi Penyebaran Virus Nipah di Indonesia
Tanggal publikasi : 16-08-2021
Penyakit Nipah pertama kali muncul di Malaysia pada tahun 1998. Penyakit ini menyebabkan wabah respirasi pada babi, yang kemudian menyerang manusia. Selain Malaysia, telah terdeteksi adanya antibodi dan virus Nipah pada Pteropus sp. di beberapa negara di Asia. Di Bangladesh dan India, penyakit Nipah telah menyebabkan kematian pada manusia.
Periode inkubasi virus Nipah mencapai 4-14 hari bahkan pernah dilaporkan mencapai 45 hari. Seseorang yang terinfeksi virus Nipah dapat mengalami gejala-gejala seperti batuk, sakit tenggorokan, meriang dan lesu, dan ensefalitis, pembengkakan otak yang dapat menyebabkan kejang-kejang dan kematian.
Cara penularan virus Nipah kepada manusia yakni melalui makanan yang terkontaminasi maupun kontak dengan kelelawar maupun babi tanpa menggunakan pelindung. Berdasarkan laporan di Bangladesh dan India, cara penularan virus Nipah yakni melalui konsumsi buah maupun produk olahan buah yang terkontaminasi dengan urin maupun air liur kelelawar yang terinfeksi.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat, virus Nipah sempat mewabah di beberapa negara Asia. Sejauh ini, virus nipah telah menginfeksi 477 orang dan membunuh 252 orang sejak pertama kali ditemukan di tahun 1998. Menurut Sendow et al. (2008), secara serologis babi di Indonesia masih bebas dari infeksi Nipah. Di Sumatera Utara, virus Nipah telah terdeteksi pada urin dan swab saliva kalong Pteropus vampyrus menggunakan RT-PCR, yang kemudian dikonfirmasi dengan sekuensing. Hasil penelitian ini merupakan temuan kasus pertama di Indonesia dan menjadi kewaspadaan dalam pengelolaan peternakan di perbatasan Sumatera Utara-Malaysia.
Infeksi virus nipah perlu diwaspadai mengingat penyebaran virus antara hewan ke manusia atau antar manusia dapat terkadi melalui makanan yang terkontaminasi atau kontak langsung. Upaya pencegahan penularan virus nipah dapat dilakukan melalui pengurangan akses atau kontak dengan kelelawar misalnya dari nira dan produk pangan segar. Risiko dapat pula dikurangi dengan tidak mengkonsumsi buah dengan tanda gigitan kelelawar, mencuci bersih/mengupas buah sebelum dikonsumsi, menggunakan sarung tangan atau alat pelindung diri saat menangani satwa sakit, menyembelih dan melakukan pemusnahan satwa terinfeksi, sebisa mungkin menghindari kontak dengan satwa yang terinfeksi dan mencuci tangan secara teratur saat merawat atau mengunjungi orang yang sakit.